Rabu, 30 Desember 2015

Nikah dan Cerai Bikin Tubuh "Melar"

Sebuah penelitian menyatakan, baik pernikahan maupun perceraian sama-sama bisa berdampak terhadap penambahan berat badan yang drastis, terutama setelah menginjak usia lebih dari 30 tahun.
Hasil riset melibatkan lebih dari 10.000 orang pada tahun 1986 hingga 2008 menunjukkan, baik pria maupun wanita sama-sama berisiko mengalami penambahan berat badan dua tahun setelah awal menikah atau bercerai. Tapi ada perbedaan yang jelas terlihat antara pria dan wanita dalam hal ukuran pinggang, khususnya pada mereka yang pernikahannya berakhir traumatis.


Para peneliti dari Ohio State University menggunakan data dari survei nasional di mana pria dan wanita ditimbang setiap tahun untuk melihat berapa kilogram berat yang mereka peroleh atau hilang dalam dua tahun setelah pernikahan atau perceraian.
Hasilnya, setelah usia berada di atas 30 tahun, terlihat ada sedikit perubahan pada bobot antara lelaki dan perempuan. Tetapi setelahnya, peluang penambahan berat badan setelah menikah atau perceraian terus naik sampai usia 50 tahun.
Penelitian menyimpulkan, baik pria dan wanita, cenderung lebih mudah mengalami penambahan berat badan dalam dua tahun setelah perceraian atau pernikahan di banding mereka yang tidak pernah menikah.
"Jelas, efek transisi perkawinan terhadap perubahan berat badan berbeda berdasarkan jenis kelamin. Perceraian bagi pria berdampak pada penambahan berat badan. Sedangkan pernikahan bagi perempuan akan berdampak pada kenaikan berat yang mungkin cukup besar dan bisa menimbulkan risiko kesehatan," ungkap Dmitry Tumin, peneliti yang memimpin studi ini.
Riset yang dipublikasikan pada pertemuan tahunan American Sociological Association di Las Vegas AS ini tidak menyebutkan alasan mengapa lingkar pinggang pra dan wanita merespon secara berbeda terhadap pernikahan dan perceraian.
Tetapi Prof Zhenchao Qian, salah seorang peneliti, mengatakan: "Perempuan yang sudah menikah memiliki peran (pekerjaan) lebih besar di  rumah dibandingkan laki-laki, dan mereka mungkin memiliki sedikit waktu untuk berolahraga dan tetap fit dibandingkan wanita yang belum menikah.”
"Di sisi lain, penelitian menunjukkan bahwa pria menikah mendapat manfaat kesehatan dari pernikahan. Dan mereka akan kehilangan manfaat tersebut ketika harus bercerai, yang berdampak pada kenaikan berat badan mereka," tambahnya.

Menjaga keutuhan sebuah pernikahan memang tidak mudah. Namun bukan berarti Anda dan pasangan tak mampu melakukannya.

Cukup banyak ahli atau psikolog yang kerap memberikan nasihatnya untuk membantu pasangan mempertahankan rumah tangganya. Selain dari mereka, beberapa riset berikut juga bisa membantu Anda mencegah agar tidak terjadi perceraian dalam pernikahan yang sedang dijalani, seperti dikutip dari Huffington Post:

1. Jangan Matrealistis
Sebuah penelitian yang dilakukan pada 1.734 pasangan menikah menunjukkan, pasangan yang tidak terlalu mengagung-agungkan uang, skornya pada stabilitas pernikahan lebih tinggi 10-15%. Sementara pasangan yang matrealistis memiliki skor lebih rendah.

Menurut Jason Caroll, seorang profesor di Brigham Young University, Utah, Amerika Serikat yang menjadi pemimpin penelitian itu, pasangan matrealistis memiliki komunikasi yang buruk. Pasangan itu juga sulit mengatasi konflik dan sangat rendah tingkat responsifnya pada pasangannya.

2. Miliki Waktu Sendiri
Tidak sedikit pasangan yang merasa mereka harus selalu menghabiskan waktu bersama, agar pernikahan itu bahagia. Namun kenyataannya, tidak selalu hal itu wajib dilakoni.

Anda dan suami juga perlu memiliki waktu sendiri. Iris Krasnow dalam bukunya The Secret Lives of Wives, yang ditulis berdasarkan wawancara dengan 200 wanita, ia mengungkapkan wanita yang tidak menghabiskan seluruh waktunya bersama pasangan justru bahagia. Pasangan yang bisa memiliki waktu sendiri ini bisa saling berkembang bersama, tapi tidak membuat mereka ketergantungan.

3. Bercinta
Sudah bukan rahasia lagi kalau seks dan keintiman adalah salah satu faktor penting dalam sebuah pernikahan. Berbagai survei pun membuktikan kalau seks, meski bukan yang utama, tetap penting dilakukan suami-istri.

Survei yang dilakukan situs Life Goes Strong menunjukkan, 61% pria berusia 45-55 tahun setuju kehidupan seks yang baik adalah bagian penting dalam sebuah hubungan yang sehat. Sementara pada responden wanita, ada 45% wanita yang setuju soal hal itu.

Riset lainnya yang dilakukan pada 4.290 pria dan 4.366 wanita oleh La Trobe University, Melbourne, Australia. Dari penelitian itu terungkap, 54% pria dan 42% wanita mengaku tidak bahagia dengan frekuensi bercinta dengan pasangan mereka. Pihak pria ingin lebih sering, sedangkan 1/3 wanita merasa mendapatkan lebih banyak dari yang mereka inginkan.

4. Lakukan Hal Kecil
Tara Parker-Pop seorang blogger di New York Times yang menulis buku 'For Better: The Science of a Good Marriage' berujar, cukup banyak penelitian yang menunjukkan hal paling menentukan dari kelanggengan sebuah pernikahan ternyata tindakan-tindakan kecil dan sederhana. Misalnya saja, lakukan setidaknya tiga hal mudah ini pada pasangan yaitu tersenyum, menyentuhnya dan memujinya.

Penelitian yang dilakukan Arizona State University pada 2007 juga menemukan hal serupa. Dalam penelitian itu yang diteliti adalah beberapa pasangan menikah dan mahasiswa yang memiliki teman sekamar. Peneliti menanyakan apakah mereka saling menghargai tugas rumah yang dilakukan oleh pasangan atau temannya. Hasilnya ditemukan, bahwa sebagian besar dari mereka merasa sangat beruntung memiliki partner yang menghargai, paling tidak dengan cara berterima kasih. Selain itu, mereka yang dihargai lebih sedikit merasa benci ketika mereka melakukan pekerjaan lebih berat dari partnernya itu. Rasa dihargai juga membuat mereka puas terhadap hubungan yang dijalaninya.

Perceraian bagi pasangan menikah masih menjadi momok yang sangat menakutkan. Perceraian hendaknya bukan dijadikan pilihan utama dalam mengatasi setiap masalah pernikahan, namun bila perceraian terpaksa datang menghampiri Anda apakah Anda sudah siap menghadapinya?
Saya memiliki seorang teman baik yang telah menikah selama 9 tahun dan telah dikarunia seorang anak perempuan. Menginjak yang ke-10 usia pernikahan mereka, masalah demi masalah datang silih berganti menghampiri, hingga pada akhirnya, keputusan bercerai mereka sepakati bersama sebagai jalan alternatif terbaik untuk mengatasi permasalahan yang selama ini mereka hadapi.
Salah seorang dari mereka mendatangi saya dan menyampaikan permasalahannya, dengan perasaan sedih dan kecewa semua masalah dia sampaikan. Saya tidak bisa berbicara banyak dan berusaha setenang mungkin mendengarkan semua keluh kesahnya, berusaha berempati dengan kesedihan yang dia rasakan saat ini. Dia seorang yang tegar sejauh saya mengenalnya, namun dengan perceraiannya benar-benar telah menghancurkannya, hingga merasa kehidupannya sudah tak berarti lagi.
Teman saya adalah salah satu dari sekian banyak yang mungkin juga merasakan hal serupa. Dampak perceraian memang amat sangat menghancurkan, tidak hanya menghancurkan diri sendiri tapi juga orang lain termasuk anak-anak. Tidak seorang pun ingin bercerai, namun bila perceraian Anda pandang baik sebagai satu-satunya cara, mungkin Anda bisa melakukan 6 cara berikut agar perceraian tidak berujung malapetaka:

1. Berikan waktu untuk diri sendiri
  • Selama masa-masa pernikahan, mungkin Anda telah mendapatkan perlakuan kasar dari pasangan hingga mempengaruhi fisik dan emosional Anda. Luangkanlah waktu untuk menenangkan diri sejenak, hingga fisik dan emosional Anda pulih kembali seperti sediakala.
2. Bersiap diri menghadapi perubahan
  • Jika selama Anda menikah Anda telah berbagi peran satu sama lain dalam hal bekerja ataupun mengurus rumah tangga, kini setelah perceraian Anda melakukannya seorang diri (termasuk dalam mengurus anak-anak jika Anda seorang orang tua tunggal). Mulailah membiasakan diri dengan rutinitas sebagai seorang "bujangan", awalnya Anda pasti akan canggung tapi lambat laun Anda akan mulai terbiasa kembali.
3. Tetaplah bekerjasama
Tetaplah bekerjasama dengan mantan pasangan Anda. Dalam hal-hal tertentu, khususnya dalam menghasuh putra atau putri Anda. Ingat peran Anda sebagai orang tua tidak akan pernah dibebastugaskan, meski Anda berdua telah berpisah. Anda berdua boleh berpisah, namun sebisa mungkin jangan tunjukkan hal itu di hadapan anak-anak Anda, terutama jika mereka belum cukup dewasa memahami apa itu perceraian. Karena di mata mereka Anda berdua tetaplah orang tua mereka, inspirasi mereka. Jangan pernah hancurkan masa depan mereka dengan melibatkan mereka dalam konflik yang Anda berdua buat.
4. Anda tidak lagi bertanggung jawab terhadap mantan pasangan Anda
Ingat, setelah perceraian Anda sama sekali tidak bertanggung jawab terhadap mantan pasangan Anda atau keluarganya. Jika mantan Anda tetap mengharapkan hal-hal yang dulu menjadi kewajiban Anda, sekarang Anda berhak menolaknya. Umumnya ada masa-masa transisi untuk membiasakan hal-hal semacam ini. Jika dalam hati Anda masih ada tersisa perasaan rindu, usahakan sebisa mungkin untuk tidak menemuinya, hingga Anda terbiasa dan telah yakin kalau Anda berdua telah berpisah.
5. Mintalah bantuan keluarga, sahabat dan orang-orang terdekat Anda
Rasa sedih, kesepian, kehilangan dan lainnya akibat imbas dari perceraian, hendaknya tidak Anda "telan" sendirian. Anda masih memiliki orang-orang di sekeliling Anda yang sangat mengasihi dan peduli kepada Anda, manfaatkan mereka. Ungkapkan kesedihan Anda dan menangislah (meskipun Anda dikenal tegar selama ini), karena langit dan bumi ini tidak akan runtuh dan harapan tidak akan pernah sirna hanya karena perceraian. Jadi bangkitlah dan teruskan kehidupan Anda untuk bisa menjadi lebih baik dari pada masa lalu Anda.
6. Jangan terburu-buru mencari pengganti dan jangan pula menutup hati untuk orang yang baru
Jangan terburu-buru mencari pengganti, biarkanlah dulu rasa kecewa dan kesedihan Anda benar-benar sirna dari kehidupan Anda. Meskipun dulu perasaan Anda telah pernah disakiti, jangan pula menutup hati untuk kemungkinan orang yang jauh lebih baik dari mantan Anda memasuki hati Anda.

Saya yakin dengan pasti, tak seorang pun di dalam hatinya mengharapkan perceraian. Dalam iman yang saya yakini, dikatakan bahwa "Apa yang telah Tuhan persatukan, tidak boleh diceraikan oleh manusia." Sekuat apa pun Anda, tetaplah meminta bantuan serta pertolongan dari Tuhan untuk membantu Anda tetap kuat dalam mengatasi kesulitan demi kesulitan yang sedang Anda hadapi. Saya tinggalkan harapan saya bahwa tidak akan ada hati yang tersakiti dan masa depan anak-anak yang dihancurkan. Perceraian bukanlah solusi terbaik, namun bila perceraian datang menghampiri Anda, saya berharap Anda telah siap dengan segala risikonya. Salam

1 komentar:

  1. B O L A V I T A Bandar Resmi Taruhan Online Indonesia
    Kunjungi Website Kami www.bolavita.vip Sekarang Juga.

    Menyediakan Banyak Permainan Online Yang Sangat Disukai Dikalangan Player Di Indonesia. Diantaranya :
    - Sabung Ayam
    - Casino
    - Bolatangkas
    - Taruhan Bola / Sportsbook
    - Poker, Kiu-Kiu, Ceme
    - Tembak ikan
    - Slot Game
    - Togel online SGP / HK / KL

    Klik ==> ANGKA MAIN HARI INI

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kontak CS Kami (Online 24jam)
    WA: 0812-2222-995
    BBM: BOLAVITA
    WeChat: BOLAVITA
    Line : cs_bolavita

    BalasHapus