Minggu, 03 Januari 2016

Jangan Menjalin Hubungan karena Takut Kesepian

Menghadapi libur panjang dan menghadiri undangan pesta di akhir tahun memang tidak menyenangkan dan juga bikin kita kesepian jika tak punya pasangan. Tetapi jangan pernah memaksakan diri untuk menjalin hubungan hanya karena Anda takut kesepian.

Rasa takut kesepian adalah alasan yang membuat banyak hubungan lebih cepat kandas. Kecemasan dan rasa stres karena melihat banyak orang sudah berpasangan memang sering membuat orang melupakan standarnya dan memilih orang yang sebenarnya kurang cocok.

Penelitian yang dilakukan di Kanada terhadap pria dan wanita berusia 18-59 tahun menunjukkan, ketakutan akan menjadi "jomblo" membuat kebanyakan orang memilih pasangan yang jauh dari kriteria ideal mereka.

Penelitian itu dilakukan melalui wawancara untuk mengukur "skala ketakukan tak punya pasangan". Mereka yang nilainya paling tinggi adalah orang yang memiliki self-esteem rendah dan punya kecemasan lebih besar.

Meski biasanya wanita lebih takut pada kesepian sehingga banyak yang menikah atau berpacaran dengan orang yang tak begitu cocok, tetapi ternyata cukup banyak pria yang juga mengalaminya.

"Kesepian adalah pengalaman yang menyakitkan baik untuk pria atau wanita. Jadi tak mengejutkan jika ketakutan menjadi lajang juga dialami kedua gender ini," kata salah satu peneliti Geoff MacDonald.

Salah satu alasan terbesar mengapa menjadi jomblo adalah hal yang berat adalah karena masyarakat masih menganggap aneh orang yang tidak menikah.

Ketakutan itu membuat banyak orang mengubur keinginan, kebutuhan dan tujuan mereka akan standar ideal pasangan hanya karena mereka tak mau kesepian. Pada pria mungkin alasan ini bertambah karena mereka juga ingin berada dalam hubungan seksual.

Pada akhirnya memaksakan diri seperti itu akan merugikan kita sendiri dan juga pasangan. Jika si dia memang tak cocok, jangan habiskan waktu Anda pada sesuatu yang tak bisa membuat Anda bahagia.

Putus cinta bukanlah akhir cerita. Ibarat sebuah buku, kisah sedih itu justru tertulis di bab terdahulu. Di bab selanjutnya, masih banyak hal yang akan dikisahkan; termasukperjuanganmu kala berdamai dengan kesepian dan kegundahanmu saat berharap bisa balikan dengan mantan.
“Aku masih mendengar lagu yang sama dan makan di tempat biasanya. Mungkin, lantaran itu aku sulit melupakan kamu yang tak lagi jadi milikku. Tapi, diam-diam aku masih menunggu – berharap pada kesempatan yang bisa membuat kita kembali bersatu.”
Bayangan mantan dan segala kenangannya memang tak mudah dihilangkan dari pikiran. Tapi, apakah kamu bisa dengan ringan meminta balikan? Akankah memperbaiki hubungan yang sempat patah akan semudah membalikkan telapak tangan?

Memilih balikan dengan mantan bukan perkara mudah karena pasti ada alasan mengapa kalian pernah putus dan mantap berpisah
Putus cinta bukanlah akhir cerita. Ibarat sebuah buku, kisah sedih itu justru tertulis di bab terdahulu. Di bab selanjutnya, masih banyak hal yang akan dikisahkan; termasukperjuanganmu kala berdamai dengan kesepian dan kegundahanmu saat berharap bisa balikan dengan mantan.
“Aku masih mendengar lagu yang sama dan makan di tempat biasanya. Mungkin, lantaran itu aku sulit melupakan kamu yang tak lagi jadi milikku. Tapi, diam-diam aku masih menunggu – berharap pada kesempatan yang bisa membuat kita kembali bersatu.”
Bayangan mantan dan segala kenangannya memang tak mudah dihilangkan dari pikiran. Tapi, apakah kamu bisa dengan ringan meminta balikan? Akankah memperbaiki hubungan yang sempat patah akan semudah membalikkan telapak tangan?
Memilih balikan dengan mantan bukan perkara mudah karena pasti ada alasan mengapa kalian pernah putus dan mantap berpisah
Putus cinta selalu datang sepaket dengan rasa sepi yang luar biasa menyiksa. Ketika biasanya ada seseorang yang mendampingi, kini kamu dipaksa siap melakukan segala sesuatunya sendiri. Betapa makan rendang di Warung Padang langganan tak lagi senikmat dulu. Film-film terbaru pun tak membuatmu bersemangat untuk buru-buru menyambangi bioskop layaknya masa-masa itu.
Ya, kesendirian memang menjadikanmu begitu rapuh dan hidupmu kian redup. Tapi, apakah pantas jika kesepian dijadikan alasan untuk balikan? Tidakkah keputusanmu akan terkesan tak rasional dan bahkan kekanakan? Selain tak mau sendiri, kamu mungkin sekadar takut patah hati. Tak sanggup jika harus melihat dia menemukan pendamping yang baru lagi. Tak mau menerima kenyataan bahwa dia sudah bisa melupakanmu dan membuka hati untuk cinta yang baru.
Di momen ini, hati dan seutuhnya dirimu memang sedang diuji. Apakah kamu cukup tangguh untuk “selesai’ dengan diri sendiri dan segala yang sudah terjadi? Karena untuk memulai hubungan kembali, kamu dan dia harus sama-sama tuntas berdamai dengan sepi dan masa-masa sendiri.
Keengganan memulai hubungan baru tak bisa dijadikan alasan untuk balikan, pun rasa sayang yang masih tertinggal tak seharusnya membekukan pikiran
Keinginan untuk kembali dengan mantan semakin kuat ketika rasa nyamanlah yang jadi alasan. Ya, kalian memang sudah saling mengenal sekian lama sehingga tak perlu lagi menyesuaikan kebiasaan. Segala baik dan buruk dalam dirinya sudah baik-baik kamu tahu. Bersamanya, kamu pun leluasa tampil apa adanya dan tak perlu berpura-pura.
Sementara, membayangkan memulai hubungan yang baru dengan orang lain tampak sangat melelahkan. Kamu dan pasangan barumu harus mengulang segala sesuatunya dari awal – mulai dari perkenalan, proses pendekatan, hingga jadian. Bahkan, meski akhirnya bisa menjalin hubungan, kemungkinan terjadi perselisihan atau putus toh akan selalu ada.
Selain itu, kamu pun masih menyimpan perasaan yang dalam pada mantan kekasihmu. Kamu belum bisa sepenuhnya move on dan berdamai dengan kisah cintamu yang lalu. Tapi, bukankah perkara cinta atau jodoh akan selalu jadi teka-teki bagi manusia? Tidakkah satu-satunya yang bisa kamu lakukan hanyalah berusaha, termasuk menjajal cinta yang baru?

Jangan berharap pada keajaiban. Balikan tak akan serta merta menyelesaikan semua permasalahan
Kalian pernah mantap berpisah lantaran banyak masalah yang terjadi dalam hubungan. Tak bisa dipungkiri, banyak perbedaan yang dimiliki meski selama ini kalian berusaha untuk berkompromi. Kalian pernah sama-sama gigih berjuang meskipun akhirnya gagal juga. Bagaimana pun, perkara gaya hidup, cara berpikir, hingga prinsip hidup memang tak bisa dengan mudah dibuat sejalan.Meski punya cinta yang besar dan perasaan yang amat dalam, masalah tak bisa dengan sekejap dituntaskan. Kamu dan dia sepatutnya sama-sama tahu bahwa keputusan untuk balikan tak lantas bisa mengubah keadaan. Balikan bukanlah jalan keluar atau solusi instan. Masalah dan ketidakcocokan itu akan tetap ada selama kalian tak berusaha untuk menyelesaikannya.

Pikirkan tentang orang-orang terdekatmu, bukankah ringan balikan itu seperti mempermainkan perasaan teman-teman dan keluargamu?
Benar jika kamu dan dialah yang menjalani hubungan. Tapi, tidakkah kamu sadari bahwa ada orang-orang terdekat yang nyatanya juga ikut terlibat? Sabahat dan teman-teman terdekat adalah yang mengiringi kisah perjalanan cinta kalian. Mereka jadi saksi betapa kalian pernah berusaha untuk bersama hingga akhirnya mantap berpisah. Sedikit banyak, mereka pun ikut merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang kalian rasakan.
Sama halnya dengan keluarga, ayah dan ibumu bisa jadi sudah baik-baik mengenal mantan kekasihmu. Bagaimana tidak, hampir 3 kali dalam seminggu dia mampir ke rumahmu. Khusus saat malam Minggu, dia akan datang dengan dandanan yang lebih rapi dari biasanya dan aroma minyak wangi yang lebih kentara. Saat tahu kalian putus, mungkin ayah dan ibumu diam-diam ikut merasa kecewa. Mereka juga belajar untuk merelakan atau mengikhlaskan seseorang yang sebelumnya digadang-gadang jadi pendamping anaknya.
Ringan memilih untuk balikan justru bisa jadi dipandang negatif oleh mereka. Sikap impulsifmu menandakan bahwa kamu dan mantanmu belum bisa menjalani hubungan dengan dewasa.
Dulu, dia pernah selingkuh atau bersikap kasar padamu. Jika akhirnya balikan, adakah dirinya tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi?
Masalah akan semakin rumit jika pasanganmu pernah menyakiti atau bersikap tidak setia. Mungkin, pilihan untuk putus kamu ambil lantaran dia pernah selingkuh dengan perempuan lain. Bisa juga karena dia sering bersikap kasar, baik secara fisik maupun verbal. Nyatanya, kamu pun menyadari bahwa bersamanya kamu jadi lebih sering menangis atau bersedih.
Setelah putus, tak ada jaminan dia sudah benar-benar berubah. Tak ada yang menjanjikan bahwa dia tak akan mengulangi kebiasaan-kebiasaan buruknya itu. Ketika pernah melanggar komitmen, justru besar kemungkinan dia bisa mengulanginya lagi. Bahkan jika sudah terbiasa berbuat kasar, dia tak akan mudah berubah kecuali setelah mendapat terapi untuk menyembuhkan kebiasaannya tersebut.
Apakah kamu memang berani mengambil risiko? Bukankah sakit hati untuk kedua kalinya akan terasa jauh lebih mengerikan daripada yang pertama?
Sikapmu tak bijaksana jika keputusan untuk kembali pacaran hanya didasarkan pada rasa kasihan semata
Ya, melihat mantan kekasih yang hidupnya berantakan setelah putus, kamu merasa tak tega. Ketika dia mati-matian berusaha demi bisa mendapatkan hatimu lagi, kamu pun luluh dan tak kuasa menolak dia. Namun, kamu sadar bahwa perasaan yang kali ini kamu punya bukanlah sayang atau cinta, melainkan sekadar rasa kasihan.
Sayangnya, hubungan yang semacam ini justru tak akan bertahan lama. Sama halnya kamu sedang membohongi dia, sekaligus tak jujur pada dirimu sendiri. Perlakuan semacam ini malah akan menyakiti mantan kekasihmu dan tentunya dirimu sendiri. Setiap orang berhak dicintai dan mencintai dengan perasaan yang tulus. Tak seorang pun layak dibohongi atau menjalani hubungan dalam kepura-puraan.
Kamu dan dia tak seharusnya memaksakan keadaan. Sesuatu yang tidak tertakdirkan akan lebih baik jika dilepaskan
Kalimat doa seperti di atas mungkin sudah kamu rapal setiap harinya. Kamu sadar bahwa berserah adalah satu-satunya cara untuk membuat hatimu lebih tenang. Bagaimana pun, perkara jodoh memang akan selamanya jadi rahasia. Soal cinta ibarat teka-teki yang harus diselesaikan sendiri. Pasangan yang menggenapkan mungkin baru bisa kamu temukan setelah merasakan jatuh bangun dan melewati perjalanan yang panjang.
Hubungan dengan mantan kekasihmu mungkin memang harus diakhiri demi kebaikan bersama. Mantan kekasihmu bisa jadi hanyalah sebuah persinggahan, sedangkan jodoh yang sebenar-benarnya mungkin sedang menantimu di luar sana. Kamu akan sampai pada dia yang memang tertakdirkan untukmu ketika berhasil melewati ujian ini; merelakan dan melepaskan mantan kekasih yang mungkin masih sangat kamu cintai.
Kadang, cinta memang butuh diperjuangkan. Tapi, ada kalanya kamu tak perlu terlalu keras berusaha dan lebih baik menyerah saja. Dibalik keputusan untuk kembali pada mantan akan selalu ada dua kemungkinan; apakah berhasil atau justru gagal untuk kedua kalinya.

Tidak jarang rasa kesepian merupakan pendorong bagi seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Kesepian adalah perasaan kekurangan dalam hubungan sosial, yang membuka kesempatan untuk hubungan yang lebih dekat secara emosional dan persahabatan. Kesepian bersifat subjektif. Sebagian orang merasa sepi meskipun dikelilingi puluhan orang setiap hari. Sebagian lainnya tidak merasa kesepian, padahal hanya bertemu dengan satu orang saja. Kondisi tersebut dikarenakan orang yang ditemui dirasa dekat dan mampu memberi rasa nyaman.Dikutip dari Live Science, kaum perempuan lebih mudah merasa kesepian daripada laki-laki.

Pada umumnya perempuan menilai dirinya kesepian atau tidak berdasarkan kualitas hubungan, seperti dukungan social, dan kedekatan emosional. Karena ada “tuntutan” untuk mendapatkan hubungan yang berkualitas, maka perempuan lebih mudah merasa kesepian. Di sisi lain, laki-laki menilai dirinya merasa kesepian atau tidak dari sisi jumlah hubungan sosial yang dijalani. Sepanjang ada teman untuk melakukan hobi atau kegiatan menyenangkan bersama, maka laki-laki bisa untuk merasa tidak kesepian.
Melihat kenyataan tersebut, banyak orang merasa tidak yakin pada hubungan yang dijalani untuk alasan yang tepat atau karena mereka merasa kesepian. Berikut beberapa langkah untuk mencari tahu apakah kamu benar-benar cinta atau karena sekedar merasa kesepian.

1. Memeriksa Kembali Alasan Awal Memilih si Dia
Pada awalnya mungkin ada sesuatu dari si dia yang membuatmu tertarik atau kalian memiliki banyak kesamaan. Atau kamu memilih dia karena sebagian besar teman-temanmu menyukainya. Coba kembali melihat ke awal hubungan kalian dan memikirkan kembali alasan mengapa memilih si dia. Hal ini akan membantu kamu melihat apakah kamu benar-benar mencintai orang ini atau sekedar butuh dia untuk mengisi kesepian dalam diri kamu.
2. Luangkan Waktu untuk Berpikir Bagaimana Pola Hubungan yang Sudah Terjadi
Ambil waktu dan pikirkan kembali mengenai pengalaman atau hal-hal yang telah kamu lalui bersama si dia. Apakah kamu merasa bosan, cemas, tidak nyaman? Atau kamu merasa senang, ceria, nyaman ketika kamu bersamanya. Ingat pula kapan terakhir kali kamu mengalami perasaan positif ketika kalian bersama. Jujur pada diri sendiri akan lebih mudah untuk memutuskan benar-benar cinta atau kesepian, sehingga cenderung memaksakan hubungan yang sebenarnya tidak membuatmu nyaman.
3. Ambil Jeda
Memberi sedikit ruang pada diri sendiri akan memberi perspektif yang lebih jelas. Ambil waktu setidaknya 2 minggu untuk berpisah darinya. Ini akan membantumu mengetahui apakah kamu benar-benar merasa kehilangan dia atau kamu hanya merasa bosan saat dia tidak bersamamu. Jika kamu benar-benar merasa kehilangan, berarti kamu memang peduli dengannya. Jika yang terjadi sebaliknya, seperti kamu merasa sulit mengingat ‘apa yang hilang’ atau bahkan merasa lega karena tidak harus memaksakan sikap tertentu pada si dia, itu berarti kamu perlu dia hanya untuk mengisi kesepian pada dirimu.
4. Pikirkan Kelanjutan Hubungan
Tanyakan pada diri sendiri apa yang kamu harapkan mengenai kelanjutan hubungan kalian. Jika merasa hubungan “jalan di tempat” atau tidak menginginkan ke tahap yang lebih serius, bisa jadi kamu bersedia menghabiskan waktu dengan si dia hanya untuk mengusir rasa kesepian.
5. Melihat Kembali Hubungan Kamu dengan Sekitar
Ada baiknya untuk melihat kembali hubungan kamu dengan orang-orang di sekitar setelah kamu dekat dengannya. Apakah dia jadi pusat hidupmu, di mana interaksimu dengan keluarga, teman, dan sahabat berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling mengembangkan satu sama lain, bukan mendominasi salah satu diantaranya.
6. Memberi Waktu untuk Refleksi Diri
Pahami dan jujur tentang apa yang kamu inginkan dalam sebuah hubungan. Sebuah hubungan akan berjalan buruk jika hanya berdasarkan keterpaksaan atau pelarian. Selain itu mensyukuri apa yang dimiliki akan membuatmu lebih mudah untuk membuka diri terhadap orang-orang sekitar kita.

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh University of Chicago, University of California-San Diego dan Harvard menemukan bahwa kesepian adalah menular dan dapat ditularkan kepada orang lain, yang berarti bahwa kamu bisa mengirimkan kesepian untuk orang lain tanpa maksud untuk melakukannya. Mengganti perasaan kesepian dengan menyukai diri sendiri akan membantu menciptakan fondasi yang kuat untuk hubungan yang sehat nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar