Minggu, 03 Januari 2016

Salah Persepsi Saat Merawat Orang Usia Lanjut

Dewasa ini umumnya orang hidup lebih lama dari sebelumnya. Bahkan, di tahun 2025 jumlah orang lanjut usia akan bertambah 400 persen. Masalah kesehatan yang akan dihadapi orang usia lanjut tentu lebih kompleks sehingga membutuhkan perhatian khusus.

Seseorang disebut berusia lanjut jika ia sudah berusia di atas 60 tahun. Pada sebagian besar orang, usia lanjut berarti kualitas hidup akan menurun, bukan hanya karena perubahan fisik tapi juga tubuh yang mulai digerogoti penyakit.

"Sebenarnya menua tidak berarti harus sakit. Banyak juga orang yang sudah tua tapi tetap bugar dan ini tidak ditentukan oleh usia kronologis seseorang," kata dr.Aulia Rizka, Sp.PD dari Senior Clinic RSU Bunda Jakarta.

Ia menjelaskan, masalah yang dihadapai lansia bukan hanya perubahan fisik tapi juga mental dan sosial. "Banyak salah persepsi saat merawat orang lanjut usia. Misalnya saja orang tua makannya memang lebih sedikit, wajar jika sering lupa, sering sakit-sakitan, atau susah jalan.

Ketidakpahaman tersebut bisa membuat lansia justru mengalami penurunan kondisi. "Misalnya saja karena nafsu makan turun dibiarkan akhirnya jadi malnutrisi dan gampang sakit," katanya.

Pada lansia keluhan penyakit juga akan berbeda dengan orang yang lebih muda. Saat mengalami infeksi paru misalnya, jika pada orang muda akan menyebabkan gejala batuk, sesak atau demam, maka pada lansia gejalanya hanya rasa terus mengantuk, tidak mau makan, serta tidak disertai demam.

Merawat lansia memang perlu pendekatan khusus, terutama pada lansia yang renta atau rapuh dan memiliki beberapa gangguan penyakit. Aulia menjelaskan, jika memerlukan perawatan di rumah sakit seharusnya dilakukan perawatan terpadu sehingga pemakaian obat lebih terkontrol.

"Banyak lansia yang harus beberapa macam obat dari beberapa dokter. Padahal bisa saja dokter tersebut memberi obat yang sama dan bisa saling berinteraksi. Karena itu butuh layanan terpadu sehingga ada dokter utama yang akan memberi koordinasi agar obat tidak saling tumpang tindih," katanya.

Nutrisi

Sementara itu perubahan beberapa panca indera pada lansia juga dapat memengaruhi nafsu makan dan kemampuan pencernaan lansia. "Mereka biasanya sulit mengunyah, menelan, ada diare atau mual," kata dr.Marya WH, spesialis gizi klinik dari RSU Bunda Jakarta.

Oleh karena itu kebutuhan nutrisi juga harus disesuaikan. "Pilih makanan segar untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ketimbang suplemen. Selain itu perhatikan pula asupan cairannya karena mereka sering malas minum sehingga dehidrasi," katanya.

Marya menyarankan agar lansia yang mengalami penurunan berat badan atau nafsu makan berkepanjangan sebaiknya dibawa konsultasi ke dokter. "Barangkali ada penyakit atau kondisi lain yang menyebabkannya,"

Masalah kesehatan orang berusia lanjut memang sangat penting untuk kita ketahui supaya tidak salah persepsi ketika merawatnya. Ya, di jaman sekarang ini pada umumnya orang akan hidup lebih lama dari sebelumnya. Bahkan, di tahun 2025 nanti, jumlah orang lanjut usia akan bertambah 400 persen. Gangguan kesehatan yang akan dihadapi orang usia lanjut tentu lebih kompleks sehingga membutuhkan perhatian khusus. Seseorang akan disebut sebagai usia lanjut jika ia sudah berusia di atas 60 tahun. Pada sebagian besar orang, usia lanjut dapat diartikan dengan kualitas hidup akan menurun, bukan hanya karena perubahan fisik tapi juga tubuh yang mulai diterpa berbagai jenis penyakit.
Padahal, menurut Dr. Aulia Rizka Sp. PD dari Senior Clinic RSU Bunda Jakarta, sebenarnya menua tidak berarti harus sakit. Sebab, ada banyak juga orang yang sudah tua tetapi kondisi tubuhnya masih tetap segar dan bugar karena ini tidak ditentukan oleh usia kronologis dari seseorang. Selain itu ia pun mengatakan, persoalan yang harus dihadapi orang lanjut lansia bukan hanya perubahan fisik tetapi juga mental dan sosial. Ia mengklaim, banyak salah persepsi saat merawat orang lanjut usia. Seperti misalnya orang tua makannya memang lebih sedikit, wajar jika sering lupa, sering sakit-sakitan, atau susah jalan.
Ketidakpahaman seperti itu justru dapat membuat si lansia justru mengalami penurunan kondisi. Seperti yang dirilis oleh agen SBOBET mingu lalu, misalnya apabila karena nafsu makannya menurun dan dibiarkan begitu saja sehingga pada akhirnya orang berusia lanjut tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan gampang terserang penyakit. Pada lansia keluhan penyakit juga akan berbeda dengan orang yang lebih muda. Saat mengalami infeksi paru misalnya, bila pada orang muda akan menyebabkan gejala batuk, sesak atau demam, maka pada lansia gejalanya hanya rasa terus mengantuk, tidak mau makan, serta tidak disertai demam.
Merawat orang yang lanjut usia memang dibutuhkan pendekatan khusus, khususnya pada lansia yang renta atau rapuh serta mempunyai beberapa gangguan penyakit. Aulia menjelaskan kepada agen bola terpercaya Indo Master Bola, jika memerlukan perawatan di rumah sakit seharusnya dilakukan perawatan terpadu supaya penggunaan obat menjadi lebih terkontrol.
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena  penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).

Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang  seoptimal mungkin. Beberapa penyakit yang sering diderita lansia adalah sebagai berikut:

1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.

Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.

Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.

3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.

4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.

5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.

8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya.
Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.

10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai  peranan di dalam menjalani masa tuanya.

11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.

12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.

Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni  sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi,  jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.

13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang  walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula  karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.

14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.

1 komentar: