Selasa, 05 Januari 2016

Kamu Lebih Baik Pergi, Sebab Kamu Layak Mendapatkan yang Jauh Lebih Baik Dari Ini

Perkara cinta ibarat dua sisi mata uang. Karena dia, kamu bisa jadi yang paling berbahagia, pun merasa paling menderita di dunia. Cinta, salah satu elemen kehidupan paling penting sudah tentu membutuhkan perjuangan keras, baik sejak meraih dan mempertahankannya. Kita semua tau, apa yang didapat dengan proses mudah, juga dapat terlepas dengan cara yang sama.
Hubungan itu seperti halnya rumah, jika rumah yang ditinggal sudah tidak terasa nyaman atau malah justru membuat sakit, pastinya muncul dilema bertahan atau tinggalkan? Dua pilihan yang salah satunya sangat sulit diputuskan.
Di satu sisi, jika bertahan, apakah ada jaminan hubungan itu akan membaik? Apakah si dia akan berubah dan tidak menyakitimu? Apakah dia memperbaiki kesalahannya? Di satu sisi lainnya, jika ditinggalkan, apakah kamu siap beranjak dan mendapatkan seseorang yang lebih baik. Yang nggak menyakiti kamu, yang dapat menerima kamu, dan juga yang menyayangimu dengan tulus.
Pasti atau entah, dalam suatu hubungan akan ada fase di mana kamu akan merasa dilema dengan keadaan yang nggak mempunyai opsi menguntungkan, dan sialnya opsi itu seperti yang memilih dan memaksa kamu mengambil risiko tanpa jaminan bagaimana berjalan ke depan, dan kamu belum mampu menentukan.
Namun yang mesti kamu ingat adalah, yang namanya hubungan itu berdua, bukan sendiri. Jadi ketika kamu sedang berada dalam dilema antara bertahan atau tinggalkan, kamu harus berpikir dengan logika yang jernih. Mengoreksi apa yang sudah dilakukan dan belum. Dari koreksi itu kamu akan berpikir lebih jauh apakah hubungan di ujung tanduk itu layak dipertahankan atau justru disudahi. Apa yang sudah ia lakukan dan berikan untukmu? Apa yang dia perjuangkan dalam hubungan ini?
Janganlah berpikir dalam konteks sudah berapa lama hubungan itu terjalin, karena lama atau sebentar sebuah hubungan nggak menjamin bagaimana akhirnya. Boleh kamu menyayangi hubungan kalian yang sudah terjalin lama, sayang dengan kenangan dan tiap momen yang telah tercipta bersama. Tapi apakah dengan berbekal ingatan itu kamu mau dan rela terus tersiksa oleh realita? Apakah kamu sanggup hanya menerima luka ketimbang kasih sayang?

Soal bertahan, apakah dia yang kamu cintai juga mempertahankanmu? Apakah dia berusaha untuk memperbaiki hubungan? Atau justru lepas tangan? Jika ia sadar diri untuk memperbaikinya, barangkali hubungan kalian layak dipertahankan.
Jika dia malah lepas tangan, tunggu apa lagi untuk bersiap mengambil ancang-ancang untuk pergi meninggalkan? Meski nggak ada jaminan kamu akan menemukan seseorang baru yang lebih baik, setidaknya nanti kamu mempunyai pilihan. Pilihan pada siapa kamu mempercayakan hatimu untuk jatuh cinta di kesempatan berikutnya, juga dicintai. Kamu pun akan mendapatkan ‘rumah’ baru yang mungkin lebih membuatmu nyaman dan mengantarkanmu pada jenjang yang lebih serius. Selalu ada kemungkinan dalam ketidakmungkinan.
Apapun pilihannya, renungkanlah tentang ketulusan hati. Jika ketulusanmu dalam hubungan itu tidak dihargai, ya lebih baik pergi. Banyak orang baik yang lebih pantas mendapatkan ketulusan itu, dan jawabannya hanya masalah waktu. Toh, jika nantinya dia menyesal telah melepasmu, itu sudah bukan lagi urusanmu. Biarkan dia menyesali kebodohannya telah menyia-nyiakanmu, biarkan ia belajar bagaimana rasanya patah hati yang ia buat sendiri.
Memiliki perasaan cinta adalah suatu anugerah yang indah. Apalagi bila orang yang kita jatuhi cinta itu kemudian membalasnya dengan perasaan yang sama. Biasanya dimulai dengan melakukan pendekatan-pendekatan dengan sering bertemu, kerap berkirim sms, dan saling menelfon. Semua dilakukan dengan tujuan untuk mencoba menyamakan kebiasaan-kebiasaan dan hal-hal yang menyenangkan yang bisa dilakukan bersama.
Tetapi sebuah kisah cinta tidak selamanya berirama indah. Adakalanya salah seorang dari pecinta itu memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan atau tanpa kehilangan perasaan cinta itu sendiri. Bagi yang diputuskan mungkin akan merasa sangat sedih, putus asa bahkan ada yang sampai depresi.

Cinta adalah perihal memberi dan menerima. Cinta itu pamrih. Cinta itu butuh balasan. Dan kembali lagi, cinta itu berdua, bukan sendiri. Berhenti menjadi naif dan cobalah untuk realistis.
Bertahan atau tinggalkan, tentukan pilihamu dan lakukan dengan penuh senyuman ikhlas. Karena yang menentukan kebahagiaanmu dan berhak atas segalanya adalah dirimu sendiri. Cinta yang diawali dan diakhiri dengan keikhlasan akan mengantarkanmu pada bahagia yang sebenarnya.

Cinta merupakan hal yang istimewa karena memiliki kemampuan untuk menyakiti kita jika mengalami kegagalan. Jangan menyalahkan diri sendiri. Hubungan yang gagal terjadi setiap hari, dan hal ini tidak selalu karena kurangnya rasa cinta. Apa pun alasannya, belajar merelakan orang yang dicintai dengan mendalam untuk melanjutkan kehidupan Anda adalah proses yang sangat sulit, dan merupakan hal yang membutuhkan waktu.

Meski kamu merasa telah menemukan dia yang dirasa terbaik, tak ada jaminan hubungan kalian bisa berjalan mulus tanpa hambatan. Dulu kamu dan dia pernah jadi 2 manusia paling jumawa. Merasa bisa menghadapi segala tantangan di depan mata berdua. Cinta di dada begitu menggelegak rasanya. Sampai-sampai kau yakin apapun yang menghadang pasti bisa digempur dengan sekali tendang.
Kenyataan, kecocokan ternyata bukan segalanya. Sekalipun merasa sudah sama-sama cocok, bukan tak mungkin kalian jadi sering cekcok. Rasa yakin pun perlahan luntur. Ikatan di antara kalian yang semula kuat pun bisa jadi semakin kendur.

SEGMEN 3

Bisa hidup bahagia adalah keinginan hampir semua orang. Salah satu yang menjamin kebahagiaanmu adalah ketika kamu punya sikap ‘mau menerima’. Tak perlu berkeras hati atau membebani diri sendiri dengan enggan menerima kenyataan. Bukankah hidup selayaknya dijalani dengan bahagia dan sederhana?

Dia yang tak tertakdirkan untukmu memang layak direlakan. Saat kalian tak diijinkan untuk bersama, maka masing-masing pasti akan bertemu pasangan yang bisa mendamaikan. Jangan berusaha melawan karena kamu dan dia sama-sama berhak bahagia. Berbahagia dengan menerima cinta lain yang lebih menentramkan.

Cinta memang tidak harus selalu memiliki. Terkadang kita malah harus mengalah demi kebahagiaan dari orang yag kita cintai. Kita harus menanggung luka demi kebahagiaan orang yang kita sayangi. Bahkan, kita harus merelakan dia yang kita cintai bersanding dengan orang lain.
memang terkadang cinta membuat kita merasakan sakit. Namun, tahukah Ladies bahwa rasa sakit itulah yang membuat kita kuat dan bisa menatap dunia yang lebih cerah. Seperti pepatah mengatakan 'selalu ada pelangi setelah badai menerpa', seperti itulah perasaan Anda. Akan selalu ada perasaan bahagia setelah keterpurukan yang terjadi. Jadi, jangan pernah takut untuk jatuh terluka karena cinta.
Cinta itu begitu sederhana. Kita tidak perlu bersusah payah mencari jawaban dari cinta itu. Karena jawabannya sudah sangat jelas. Cinta tidak pernah memaksa. Cinta tidak pernah meminta untuk dipertahankan. Karena cinta tahu, kemana ia akan berlabuh.

Dulu aku takut kehilangannya. Takut dia benar-benar menghilang dari pandanganku. Takut kelak dia akan pergi dan melupakanku begitu saja. Takut dia akan berhenti menyayangiku. Takut dia berubah. Takut dia menemukan seseorang yang lebih baik dariku.

Tapi kini aku sadar. Aku tidak boleh egois. Aku tidak boleh memaksakan perasaanku dengan begitu kejam padanya. Aku tidak boleh membatasi kebahagiaannya. Karena aku tahu, mungkin lebih banyak kebahagiaannya yang tersembunyi saat bersamaku.

Dia berhak bahagia. Berhak menentukan pilihan kebahagiaannya sendiri. Berhak menemukan seseorang yang memiliki kebahagiaannya lebih banyak dariku. Berhak pergi dariku. Berhak melupakan dan melepaskanku.

Darinya aku belajar memahami segalanya. Segala hal tentang perasaan yang sebenarnya. Segala hal tentang kisah indah itu. Segala hal tentang sebuah kedewasaan, saat dia mulai lelah dan meninggalkanku. Segala hal tentang kisah kita yang tidak bisa berlanjut. Segala hal tentang bagaimana menemukan arti dari kebahagiaan yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar