Selasa, 05 Januari 2016

Pekerja PSK, Pekerjaan Haram Dengan Penghasilan Halal?

Manusia adalah makhluk hidup yang harus bersosialisasi dilingkungan sekitar agar dapat hidup dengan tentram dan sejahtera. Untuk bisa mensejahterakan hidupnya pasti semua manusia mencari uang dengan cara bekerja dengan profesi yang berbeda-beda ada yang menjadi pegawai swasta, pegawai negri, atau mungkin anda mempunyai usaha sendiri yang bergerak dibidang perdagangan dan jasa.


Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Berikut daftar karakteristik profesi :
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktek.


2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.


3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.


4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.


5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.


6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.


7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.


8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.


9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.


10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.


11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.


Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi. Jadi seperti apakah karakteristik profesi anda?


PSK atau Pekerja Seks Komersial adalah sebuah pekerjaan yang sering kali dianggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh sebagian banyak orang. Pekerjaan yang dilakukan wanita ini dianggap sebagai pekerjaan yang hina oleh banyak orang karena melayani nafsu kaum pria dan dibayar dengan uang. Namun dibalik itu semua, terdapat cerita yang mungkin belum banyak orang yang tahu mengapa bisa ada PSK dan mengapa wanita lebih memilih menjadi PSK.
Pekerjaan menjadi PSK memang terkadang membuat wanita menjadi rendah diri karena dengan mudahnya ditawar oleh lelaki hidung belang. Namun ternyata banyak wanita di Indonesia yang lebih memilih menjadi PSK atau pemuas hasrat laki-laki dari pada bekerja dengan jalur yang lebih baik. Sebenarnya ada banyak faktor mengapa mereka bisa terjerumus ke kehidupan kelam yang sangat sulit untuk bisa keluar dari dalam kehidupan itu.
Faktor pertama yang sudah klasik adalah karena faktor ekonomi. Ya, faktor ekonomi adalah alasan paling kuat mengapa wanita lebih memilih menjadi PSK dari pada bekerja seperti wanita pada umumnya. Mereka yang memiliki ekonomi rendah dan memiliki hutang akan memilih bekerja menjadi PSK. Biasanya karena himpitan ekonomi dan biaya hidup yang semakin mahal, mereka mengambil jalan pintas dalam mencari uang. Menurut mereka, dengan menjadi kupu-kupu malam maka mereka akan mudah mendapatkan uang dengan waktu yang singkat. Selain itu, hasilnya juga sangat lumayan yaitu bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan hanya dalam semalam.
Faktor lainnya adalah faktor pergaulan. Wanita yang memiliki pergaulan dengan dunia malam ini sangat rentan akan terjun ke dunia kelam. Biasanya ini dialami oleh wanita dengan umur belasan tahun yang masih mencari jati dirinya sehingga mereka sangat rentan dengan ajakan yang sifatnya buruk.
Kemudian faktor lainnya adalah karena faktor keadaan. Wanita menjadi PSK karena keadaan yang dialaminya. Misalnya saja karena dia sudah tidak perawan dan tidak ada yang mau bertanggung jawab atas ketidak-perawanan tersebut, maka dia memilih menjadi PSK. Karena sudah terlanjur basah dan sulit untuk kembali ke masyarakat karena sudah di cap jelek, maka mereka terjun ke dunia malam.
Itulah beberapa alasan mengapa wanita memilih menjadi kupu-kupu malam. Menjadi PSK tidaklah mudah karena kita akan sangat sulit untuk keluar dari dunia kelam tersebut.

Krisis moneter dan ekonomi telah memberi dampak sistemik bagi kehidupan masyarakat, utamanya dalam aspek ekonomi. Hal tersebut tentu mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan akhirnya menjadi faktor pendorong bagi tenaga kerja untuk mengerjakan apapun untuk mendapatkan uang walaupn bertentangan dengan hukum, moral, dan etika misalnya mencuri, dan bekerja sebagai pekerja seks komersial.


Dampak Fenomena wanita pekerja seks komersial (PSK) tentu sudah tidak asing lagi. Di setiap sudut kota sering ditemukan para wanita pekerja seks komersial beraksi mencari para lelaki hidung belang. Bahkan fenomena ini juga menyentuh institusi pendidikan seperti sekolah menengah dan universitas. Hal ini dianggap sangat tabu di masyarakat, mengingat negara kita adalah negara dengan adat ketimuran dan memiliki norma – norma yang sangat kental di masyarakat. Sehingga, tidak jarang para PSK mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Apalagi apabila keluarga yang bersangkutan telah mengetahuinya. Hal tersebut tentu akan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis PSK.
Perlu diketahui bersama bahwa motivasi menjadi PSK ada yang karena terpaksa (faktor eksternal) misalnya karena himpitan ekonomi, tidak memiliki keterampilan dan keahlian lain, terjebak oleh tipuan agen tenaga kerja, dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang melakukannya secara tidak terpaksa (faktor internal), misalnya keinginan sendiri untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kriterianya, dan lain-lain yang akan dibahas lebih lanjut di dalam paper ini.


PSK yang menjalankan profesinya secara terpaksa akan menimbulkan gangguan psikologis berupa dihantui perasaan bersalah dan menurunnnya rasa percaya diri sehingga merasa sungkan dalam bergaul dengan masyarakat. Sedangkan PSK yang menjalankan profesinya secara tidak terpaksa akan menimbulkan efek kecanduan dan merasa tidak pernah puas dengan pasangan seks sebelumnya, sehingga ia akan terus mencari pasangan yang sesuai dengan kriterianya. Atas dasar penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Dampak Psikologis yang Dialami oleh PSK”.


Seperti yang kita ketahui, banyak sekali masyarakat yang mengucilkan PSK, dan ternyata hal itu juga berlaku bagi keluarga PSK tersebut. Masyarakat pun akan turut mengejek dan memandang rendah keluarga dari PSK itu, contohnya saja anak dari seorang PSK, anak-anak yang lain tidak akan mau untuk sekedar bermain bersama anak dari seorang PSK, orang tua dari anak-anak tersebut khawatir jika anaknya akan terpengaruh berbuat tidak baik seperti itu karena mereka menganggap bahwa jika ibunya saja bekerja secara tidak benar maka anaknya pun juga akan begitu.


Terlebih lagi orang tua dari anak yang bekerja sebagai PSK, orang tua tersebut akan merasa sangat malu karena kelakuan anaknya yang melanggar norma agama dan norma susila tersebut, dan oranng lain pun akan menganggap bahwa orang tua itu tidak dapat mengajarkan anaknya dengan benar, yang artinya ia telah gagal menjadi orang tua yang baik bagi anaknya.

Selain itu ada juga beberapa dampak yang bisa diterima oleh PSK dan keluarganya , yaitu
1.    Stress/Gila
Menurut Socrates (470-399SM), setiap orang tentu memiliki sesuatu yang diyakininya sebagai Tuhannya, bahkan seorang ateis pun pasti menganut suatu kepercayaan yang dianggapnya sebagai kekuataan yang Mahabijak dan baik.
Bagi wanita yang menjadi PSK karena faktor eksternal (terpaksa), cepat atau lambat akan merasa bersalah atau berdosa kepada Tuhannya karena pada hakikatnya mereka tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang tercela dan tidak dapat diterima di kalangan agama manapun.
Tapi, meskipun disadari, mereka tetap tidak dapat menghentikan pekerjaannya demi kelangsungan hidupnya. Di satu sisi rasa bersalah tersebut terus menghantui, sementara di sisi lain mereka harus memikirkan kelangsungan hidupnya. Sangat sulit untuk menyeimbangkan dua tekanan yang kekuatannya berlawanan. Semakin lama tekanan tersebut terjadi, maka batin para PSK akan semakin tepuruk, dan akhirnya bisa mengakibatkan jiwa mereka terganggu(stress). Hal tersebut sesuai pembahasan Erbe Sentanu dalam bukunya “Quantum Ikhlas”, yang intinya membahas tentang positive feeling yang akan dicapai oleh manusia ketika manajemen hatinya sesuai dengan manajemen pikirannya.


Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa seks merupakan energi psikis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak hanya berbuat dibidang seks saja yaitu melakukan relasi seks (bersenggama) tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan nonseksual.


Koentjoro (1996, hal. 50) mengemukakan bahwa wanita pekerja seks komersial selalu mengalami konflik dalam dirinya, baik konflik kepentingan antara rasa membutuhkan uang dan perasaan berdosa, atau juga karena adanya perasaan tidak aman akan statusnya sebagai pekerja seks komersial dalam masyarakat.
Hubungan seksual yang normal mengandung pengertian :hubungan itu tidak menimbulakn efek-efek merugikan, tidak menimbulakn konflik-konflik psikis dan tidak paksaan. Dengan begitu hubungan seks hendaknya dilakuakan dalam suatu ikatan yang teratur yaitu perikahan (Kartini, kartono: 1992). Di luar ketentuan itu maka hubungan seksual dapat digolongkan dalam gangguan mental seksual yaitu relasi seksual abnormal dan perverse.


2.    Hiperseks
Seorang individu dapat dikatakan mengalami gangguan mental jika individu mengalami penuruanan fungsi mental dan penurunan fungsi mental itu berpengaruh pada prilakunnya yaitu tidak sesuai dengan yang sewajarnya. Menurut Kartini Kartono (Arifin :2009) gangguan mental ada dua: pertama, psikoneurosa; kedua ,psikosa. Dalam penggolongannya psikoneurosa terbagi menjadi 9 kelompok. Salah satu bentuk gangguan yaitu gangguan seksual.


Salah satu dari gangguan seksual adalah hiperseks pada wanita atau biasa dikenal dengan istilah nymphomania. Nyimphomania merupakan gangguan jiwa yang cukup rumit. Di Indonesia kasus ini sulit untuk terdeteksi, hal ini disebabkan beberapa hal, tetapi masalah yang paling jelas dalam permasalahan nymphomania adalah kurangnya pengetahuan tentang gangguan jiwa ini.


Penderita gangguan nymphomania ini merasakan hasrat seks yang sangat menggebu, meskipun sudah melakukan hubungan seksual namun terus merasa kurang dan selalu timbul keinginan  untuk melakukan hubungan seksual yang berikutnnya. Secara umum selain itu, para wanita yang mengalami gangguan ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas.


3.    Kesulitan berinteraksi dengan masyarakat sekitar

Karena sebagian besar masyarakat menganggap PSK itu hina, tentu PSK akan berpikir orang-orang disekitarnya memusuhi dan mengucilkannya, sehingga PSK merasa takut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang dianggapnya tidak menerima eksistensinya di tengah masyarakat akibat status pekerjaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar